Tentang Pengelola Situs


Blogger Templates Gallery

Pengelola Web ini bernama Abu Abdillah Istiqomah Ibn Sam, yang merupakan Pelayan Masjid Al Ikhlash. Dilahirkan 20 tahun lalu di Kota Gaplek nun jauh disana. Masa kecilnya dilalui dengan berpindah tempat hingga 3 kali. Pertama kali ia tinggal di Daerah GOR Wonogiri dan diasuh Mak’e yang sekarang telah dijemput oleh Allah, Semoga Allah mencintainya. Kehidupan itu tak berlangsung lama, kemudian pindah ke Begajah Sukoharjo, dan hanya beberapa saat, dan akhirnya mengontrak di rumah kecil milik Bapak Suwarto di Selogiri. Ayah dan Ibu yang pada waktu itu mendirikan usaha pembuatan kripik ketela rasa gadung yang akhirnya terkenal hingga se Kabupaten Wonogiri. Namun Usaha yang tak berjalan lama itu pun akhirnya buyar seiring banyaknya persaingan.
Kemudian Pindah ke Rumah Eyang buyut –semoga Allah mencintainya- aku begitu teringat, orang yang paling rajin shalatnya di kampungku adalah eyang buyut, dan mbah Atmo keduanya telah tiada. Masa kecilku banyak dihabiskan untuk bergaul bersama keduanya, bahkan rasanya aneh jika tidak Shalat bersama-sama keduanya di Masjid Pintu hijau Nur Hidayah. Mbah Atmo lah Khadim pertama Masjid Pintu hijau itu. Esok bersih bersih, Adzan membangunkan semua orang hingga seluruh dunia serasa bergetar, mengurus keuangan, hingga akhirnya, Mbah Atmo yang aku kenal sebagai Khadim itu lemah tak berdaya lagi seiring menuanya usia beliau.
Masa kanak-kanakku bukanlah lingkungan agama, akan tetapi banyak dihabiskan dengan bermain dan ketika sore berkumpul dalam majlis TPA yang dibina oleh beberapa kakak. Kakak yang aku kenal baik hingga mengajariku Fasih membaca Al Quran, hingga dasar dasar Qiro’ah ia sematkan hingga duduk di Sekolah menengah pertama. Dialah Mas Didit -hafidzahullahu Ta’ala-. Entah ia dimana sekarang. Alhamdulillah lewat kesabarannya, dan pertolongan Allah, aku berhasil menyesesaikan ke tingkat Al Qur’an sejak kelas 3 SD, dan kelas 4 SD sudah membantunya mengajar adik bawah tingkat.
Mas Didit memiliki teman bernama Mas Agung -hafidzahullahu Ta’ala-. Beliau lah yang mendirikan perpustakaan Masjid pertama kali. Dan pada waktu itu diisilah dengan buku-buku yang menurutku (karena aku masih hijau) terkesan aneh. Buku itu terbitan Daar Al Shofwah, yang rata-rata tulisan Masyaikh Madinah, seperti Syaikh Ibn Bazz, Syaikh Fauzan, Syaikh Dr. Ibrahim Ar Ruhaili, dan buku buku Syaikh Muhammad At Tamimi.
Sejak kelas 2 SMP mas agung menghilang, mas didit pun juga jarang kelihatan. Kabarnya Mas Agung pergi ke Jakarta,dan Mas didit sedang mempersiapkan kerja. Tinggallah aku dan temanku Harun yang pada waktu itu ditugasi menjadi Khadim masjid Kampung beserta TPA. Tiap Sore kami gentian, apalagi musim ramadhan, Masya Allah. Senangnya bekerja bersama Harun temanku. Meskipun kami berlatar keluarga yang 180 derajat lain, Harun adalah anak seorang yang sangat miskin, bahkan rumah pun hanya beratap bambu lusuh yang akan rubuh, sedangkan aku pada waktu itu sudah memiliki kendaraan. Tapi kami tetap akur, apalagi kita sering bekerja bersama, naik gunung bersama, indah luar biasa. Harun pengikut NU Tulen, tiap sore kerjanya Shalawatan….terus, apalagi mau shalat. Tapi Harun tetaplah Harun, semoga Allah pun mencintainya, dan apabila Allah mengetahui Ia salah Semoga Allah menunjukinya dengan Hidayah.
Berlalulah Masa Remaja itu, Harun tidak lagi menjadi Khadim karena suatu hal yang tidak dapat ana ceritakan. Praktis tinggallah aku dan sapu kesayanganku. Bekerja sendiri tidaklah letih bahkan Allah menunjukkan Kuasanya dengan mengirimkan Bala tentara Yang Memenuhi dada-dadaku, ya bala tentara itu ialah ketenangan, kecerdasan fikir, hingga aku, meskipun jarang belajar akan tetapi prestasiku luar biasa. Itulah kenapa Aku menjadi amat mencintai Masjid kerena janji Allah itu pasti.
Dan Berkata Ibnu Katsir Rahimahullahu Ta’ala “ Siapa yang bertakwa kepada Allah dengan melakukan apa yang diperintahkan dan meninggalkan apa yang dilarangnya, niscaya Allah akan memberikan kepadanya jalan keluar dari seluruh kehidupan dan member rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka, yakni dari arah yang tak pernah terlintas dari benaknya”. Itulah kenapa profesi Khadim adalah profesi yang paling aku cintai.
Sejak SMA aku mulai aktif di beberapa Organisasi. Pertama aku masuk di PCPM Muhammadiyah. Akan tetapi bubar. Masuk Rohis SMA ternyata ada yang unik. Aku mulai mengenal “akhi”, “ukhti”, “antum”, ya disana, meski artinya masih salah kaprah dan namanya SMA, semuanya serba sok tau, Semua Makan Aja.
Tibalah bangku kelas 3 menghampiriku, selama menjadi Khadim, aku begitu mudahnya menerima hidayah. Hidayah itu adalah Allah memudahkanku membaca buku-buku agama. Aku teringat dengan Mas Agung, dan mulai bertanya siapa Syaikh ini, siapa Syaikh itu, siapa Muahmmad At Tamimi yang bukunya banyak mengisi perpustakaan masjidku?. Jawabannya ada pada temanku Abu Umar
Abu Umar adalah temanku yang paling pendiam, dan suka membaca. Ia adalah anak seorang pegawai Rumah Sakit. Abu Umar, adalah temanku yang tiap hari memakai celana diatas mata kaki, aneh? Ya akupun dulu aneh. Sampai suatu ketika Allah mengizinkanku untuk berdiskusi dengannya. Dan sampailah Hidayah itu………….Alhamdulillah…….. hatiku luluh,Inilah Agama yang aku cari, bersih, Ikhlash, dan Rahmat dan tak lain itulah Manhaj Salaf. Berkata Ibn Taimiyah rahimahullahu Ta’ala “Tidaklah bermanhaj Salaf kecuali benar”,. Dan mulai saat itu Gamis hitam yang ia gunakan Ia lepas dan ia berikan untukku. Dan hingga sekarang aku jaga meskipun agak robek, aku tetap mencintainya, semoga Allah juga mencintaimu wahai Abu Umar.
Nah Sejak saat itu Salaf adalah kehidupan yang paling aku cintai. Aku rela mempertahankan mati-matian dihadapan:
1. Keluarga yang aku cintai
2. Saudara saudaraku
3. Tetanggaku
4. Lingkungan
Yang dulu semuanya menolak, karena dikira aku Teroris. Sampai pada saatnya aku diterima di sebuah Kampus yang bukan menjadi tujuan utamaku, akan tetapi Alhamdulillah berkat pertolongan Allah, aku diselamatkan dari cercaan Masyarakat, karena aku berhijrah ke Yogya Bumi Allah yang semoga diberkahi ini. Dan sejak saat itu aku berkenalan dengan banyak orang yang mengukuhkan pendirianku dengan manhaj yang haq ini. Beliau adalah Ustadz Afifi Abdul Wadud, Ustadz Aris Munandar, Ustadz Abu Salman, Ustadz Abdullah Zaen, Ikhwan MTI (Mas Khoirul, Ms Ari, Mas Abduh, Mas Sigit, Mas Syarif, Mas Leo), Mas Amru, Ikhwan Al Ashri (Mas Edi, Mas Ardi, Mas Yudi Rahman, Mas Asrof, Mas Jati Abu Muhammad, Mas Mudha, Mas Bayu, Mas Salim”, yang semuanya menolongku untuk tetap menggigit sunnah ini memakai gerahamku. Semoga Allah mencintai kalian semuanya.
Dan sekarang Allah mengizinkanku kembali menjadi Khadim (Pelayan) Masjid Al Ikhlash Karangasem, Yogyakarta.
Dan……….
Harun Sekarang Bekerja di Angkatan Udara
Abu Umar sekarang Futur karena tertekan dengan keluarga dan lingkungannya –semoga Allah mengampuninya dan menunjukkan kembali jalan kepada Sunnah-
Mas Agung entah dimana
Mas Didit entah dimana
Semoga Allah menyayangimu semuanya.
---Selesai---

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © 2008 - Web Al Ikhlash - is proudly powered by Blogger
Smashing Magazine - Design Disease - Adiestudio - Dilectio Blogger Template | Gallery